TEKNOKES INDO

TEKNOKES INDO

Laporan Pendahuluan Thalessemia

Laporan Pendahuluan Thalessemia




1.     Pengertian

Thalessemia adalah kelompok dari anemia herediter yang disebabkan karena berkurangnya sintesis salah satu rantai globin yang mengkobinasikan hemoglobin (HbA, a 2 B 2). Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Anak yang mengalami thalassemia menunjukkan tanda dan gejala diantaranya lemah, perkembangan fisik tidak sesuai umur, berat badan berkurang, tidak bisa hidup tanpa tranfusi darah, perubahan bentuk wajah, anemia, pembesaran limpa, terjadi facecoley, hepatomegali.

1.      Thalassemia Mayor,

           Thalassemia mayor adalah keadaan klinis Thalassemia yang paling berat. Kondisi Thalassemia mayor terjadi karena gen penyandi hemoglobin pada 2 alel kromosom mengalami kelainan. Pasien membutuhkan transfusi darah sejak tahun pertama pertumbuhan pada rentang usia 6-24 bulan dan kontinyu sampai seumur hidupnya. Gejala awal adalah keadaan pucat pada kulitnya terlihat pada bagian telapak tangan, mata bagian kelopak mata sebelah dalam, daerah perut. dan semua permukaan kulit.

2.      Thalassemia Minor

Disebut sebagai pembawa sifat, traits, pembawa mutan, atau karier Thalassemia. Karier Thalassemia tidak menunjukan gejala klinis semasa hidupnya.

3.      Thalassemia intermedia

      Terjadi akibat kelainan pada 2 kromosom yang menurun dari ayah dan ibunya. Perbedaan ada pada jenis gen mutan yang menurun. Individu Thalassemia mayor menurun 2 gen mutan bertipe mutan berat, sedangkan pada Thalassemia intermedia 2 gen tersebut merupakan kombinasi mutan berat dan ringan, tau mutan ringan dan mutan ringan. (Andriyani, 2021)

2.     Penyebab

Menurut (HASANAN, 2018) penyebab Thalasemia disebabkan karena ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin secara sempurna. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada didalam sel darah merah (eritrosit) dan berfungsi untuk membawa oksigen dari peru-paru keseluruh tubuh. Penyakit ini merupakan anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai dengan defisiensi produksi globin pada hemoglobin. Terjadinya 12 kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal.

3.     Klasifikasi

Klasifikasi Thalasemia di bagi menjadi 3 yaitu :

1.      Thalassemia mayor

                        Pada thalassemia mayor produksi rantai globin terganggu, sehingga terdapat ketidakseimbangan sintesis rantai globin (alfa>beta). Hal ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan terjadi anemia hipokrom mikrositik berat. Rantai alfa yang tidak mempunyai pasangan akan membentuk suatu substansi yang akan merusak membran sel darah merah, kerusakan prematur ini menyebabkan kematian intramedular dan eritropoesis yang tidak efektif

2.      Thalassemia intermedia

                        Thalassemia intermedia terjadi akibat kelainan pada 2 kromosom yang menurun dari ayah dan ibunya. Pada Thalassemia intermedia terdapat 2 gen mutan yang menurun yaitu kombinasi mutan berat dan ringan, atau mutan ringan dan mutan ringan. Pasien intermedia tidak rutin dalam memenuhi transfusi darah nya, terkadang hanya 3 bulan17 sekali, 6 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali. Namun pada keadaan tertentu, keadaan intermedia dapat jatuh ke keadaan mayor jika tubuh mengeluarkan darah yang cukup banyak, atau tubuh memerlukan metabolisme yang tinggi atau keadaan klinis lain yang melemahkan sistem fisiologis hematologi atau sistem darah.

3.      Thalassemia minor/trait/pembawa sifat:

            Thalassemia minor (thalassemia trait) yaitu thalassemia pembawa sifat, diturunkan dari salah satu orang tua sehingga bersifat heterozigot. Klinis dapat tanpa gejala atau disertai anemia mikrositik ringan yang tidak memerlukan transfuse darah. Keadaan ini terjadi pada orang yang sehat, namun dapat menurunkan gen thalassemia pada keturunannya. (Andriyani, 2021)

4.     Anatomi Fisiologi

a.       Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah transpor oksigen dan karbon dioksida dan merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam 13 pengangkutan oksigen dari paru- paru ke semua sel jaringan tubuh. (Muttaqin, 2012)

b.      Fungsi Hemoglobin

Fungsi utama dari hemoglobin bagi tubuh manusia yaitu adalah sebagai pengangkut oksigen untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dari paru-paru dan dalam peredaran darah. Tingkatan hemoglobin dengan oksigen disebut dengan HbO2 (Oksihemoglobin). Selain perannya mengangkut oksigen, hemoglobin juga berfungsi untuk mengangkut karbon dioksida dan karbon monoksida membentuk ikatan karbon monoksida dan membentuk ikatan HbCO (karbon monoksida hemoglobin). Hemoglobin juga mempengaruhi pH darah (HASANAN, 2018)

c.       Proses benmentukan Hemoglobin

Selama fase pematangan, hemoglobin terbentuk di sumsum tulang belakang. Sel darah merah memasuki aliran darah sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Setelah 24-48 jam pematangan, sejumlah kecil hemoglobin masih terbentuk. Setelah itu, retikulosit pecah dan menghasilkan sel darah merah yang matang. Sel darah merah menjadi lebih rapuh dan kaku saat mereka menua, dan akhirnya sel darah merah pecah. Sebagian besar fagositosis hemoglobin terjadi di limpa, sumsum tulang, dan hati, dan kemudian direduksi menjadi heme dan globin, tempat globin kembali ke sumber asam amino. Besi dilepaskan oleh heme dan sebagian 9 besar diangkut dengan plasma transfiren ke sumsum tulang berfungsi buat pembentukan sel darah merah yang baru (HASANAN, 2018).

 

5.     Patofisiologi

Patofisiologi thalassemia Pada trimester pertama kehidupan intrauterin, zeta, epsilon, alpha, dan rantai gamma berada pada kadar yang signifikan dan pada beberapa  kondisi membentuk Hb Gower I, Hb Gower II, Hb Portland, dan  hemoglobin F. Hb Gower dan Hb Portland segera menghilang, HbF  akan menetap dan membentuk pigmen respirasi selama kehidupanintrauterin. Sebelum lahir, produksi rantai gamma (γ) mulai berkurang sehingga setelah usia 6 bulan setelah kelahiran, hanya tersisa HbF (<2%)  dalam jumlah sedikit yang terdeteksi di dalam darah.

      Pada fase awal  kehidupan intrauterin, sintesis rantai beta dipertahankan dalam kadar  rendah, akan tetapi secara bertahap meningkat sampai kadar signifikan  pada akhir trimester ketiga dan berlanjut hingga neonatal dan dewasa. Sintesis rantai delta tetap dipertahankan dalam kadar rendah sampai usia dewasa (<3%). Oleh karena itu selama perkembangan normal, sintesis  Hb Gower janin dan Portland digantikan oleh sintesis HbF, dan nantinya  digantikan oleh hemoglobin dewasa, HbA dan HbA2. Rantai γ yang digantikan rantai β akan berikatan dengan rantai α  membentuk HbA. Reduksi rantai globin β menyebabkan penurunan sintesis dari HbA serta meningkatnya rantai globin α bebas sehingga menyebabkan terbentuknya eritrosit hipokromik dan mikrositik. Ketidakseimbangan sintesis rantai globin α dan β mempengaruhi derajat  thalasemia. Presipitat yang terbentuk dari akumulasi rantai α  membentuk badan inklusi pada eritrosit, menyebabkan kerusakan membran eritrosit serta destruksi dini eritroblas yang sedang  berkembang di sumsum tulang.

      Kerusakan membran menyebabkan  imunoglobulin dan komplemen berikatan dengan membran, memberi  sinyal kepada makrofag untuk menyingkirkan prekursor eritroid dan  eritrosit yang rusak. Sel retikuloendotelial menyingkirkan eritrosit abnormal dari limpa, hati, dan sumsum tulang sebelum masa hidupnya  berakhir, sehingga tercipta keadaan anemia hemolitik. Eritropoiesis  yang tidak efektif serta hemolisis inilah tanda utama dari thalasemia β . Eritrosit masih dapat mempertahankan produksi rantai γ, berikatan  dengan rantai α bebas yang berlebihan membentuk HbF. Pengikatan  tersebut menyebabkan kadar rantai α bebas berkurang sehingga  mengurangi gejala penyakit dan menyediakan hemoglobin tambahan  yang mampu mengikat oksigen. Namun, kenaikan kadar HbF berakibat  meningkatnya afinitas oksigen sehingga terjadi hipoksia. Keadaan anemia dan hipoksia menstimulasi produksi eritropoietin.

      Eritropoiesis yang tidak efektif meningkat, menyebabkan perluasan dan deformitas  tulang. Eritropoiesis yang tidak efektif menghambat produksi hepcidin oleh hati yang bertugas menghambat absorpsi besi dan pelepasan besi dari makrofag serta hepatosit. Maka, pada thalasemia beta terjadi peningkatan absorpsi besi serta pelepasan besi dari makrofag, berakibat penumpukan besi pada sirkulasi dan kemudian pada organ-organ. Besi  disimpan dalam jaringan dalam bentuk ferritin, yang kemudian terdegradasi menjadi hemosiderin, sehingga pada thalasemia beta kadar ferritin serta hemosiderin meningkat. (Andriyani, 2021)


    lanjut ke bagian 2 > link https://teknokesindo.blogspot.com/2024/09/laporan-pendahuluan-thalessemia-ke-2.html

Posting Komentar

0 Komentar