TEKNOKES INDO

TEKNOKES INDO

Laporan Pendahuluan Thalessemia ke 2

 

1.     Penatalaksannan

Menurut (Lestari, 2024) Pengelolaan pasien talasemia sampai saat ini yang di lakukan adalah dalam bentuk terapi suportif. Terapi suportif yang di berikan disesuaikan dengan patologi utamanya yaitu pengobatan terhadap anemianya. Secara umum tatalaksanaan yang di lakukan untuk pasien talasemia adalah

1.      Pemberian tranfusi darah

Pemberian tranfusi darah pada pasien talasemia tergantung dua hal yaitu : berat badan dan HB awal. Penentuan jumlah transfuse sebagai berikut :

Berat badan (BB) X (12-Hb awal) X 4= jumlah darah yang dibutuhkan ( satu termin). Pemberian tranfusi dengan Hbawal di atas 9 Tranfusi di lakukan dalam 1 termin. Jika Hb 7-9 tranfusi dibagi dalam 2 termin, jika Hb 5-7 tranfusi dibagi dalam 3 termin. Sedangkan Hb dibawah 5 tranfusi dalam pengawasan oleh dokter dan perawat.

2.      Pemberian kelasis besi

Desferal atau disebut dengan kelasi besi merupakan tindakan pengobatan yang di laukan setelah tranfusi darah. Pada tindakan pemberian kelasi besi dengan pasien talasemia bertujuan untuk menjaga kesetabilan Fe ( zat besi ) dalam tubuh.

3.      Suplementasi Nutrisi

Pasien talasemia mengalami berbagai kondisi metabolisme akibat gangguan anemia dan bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi pasien talasemia harus di perhatikan mengingat kondisi iron overload akibat tranfusi. Pemberian nutrisi antioksidan diindikasikan untuk semua pasien seperti asupan yang mengandung kalsium, vitamin D, folat, trace mineral (kuprum/ tembaga, zink, dan selenium), dan antioksidan ( vitamin C dan E).

4.      Splenektomi atau penangkatan limpa

Splenektomi adalah tindakan insisif untuk memotong splen atau limpa dari tubuh. Splenektomi tindakan akan menjadi alternatif ketika tranfusi rutin dapat dilakukan sejak usia dini dan berlangsung secara adekuat. Tindakan splenektomi dapat diindikasikan untuk keadaan seperti kebutuhan tranfusi meningkat hingga lebih dari 200 – 250 ml PRC/kg/tahun atau 1,5 kali lipat di banding kebutuhan biasanya, hipersplenisme leukopenia dan trombositopenia.

5.      Vaksinasi

Penanganan yang intensif dan optimal pada pasien talasemia melibatkan tindakan vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit. Vaksin pneumokokus direkomendasikansejak usia 2 bulan, dan diulang pada usia 24 bulan. Pemberian ulang dapat diberikan setiap 5 hingga 10 tahun. Tranfusi rutin dapat menyebabkan peningkatan resiko hepatitis b, sehingga vaksin hepatitis b sebaiknya di berikan, pemantauan hepatitis dilakukan secara rutin dengan pemeriksaan seperti SGOT, SGPT, IgG dan IgM terhadap hepatitis. Vaksin infuenza secara adekuat diberikan setiap tahun. Selain itu pemantauan terhadap HIV juga harus diperhatikan mengingat pasien mendapatkan donor dari orang lain.

 

I.            KOSEP MASALAH KEPERAWATAN

1.     Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian adalah mengumpulkan data, memvalidasi data, megorganisasikan data dan mencatat yang diperoleh. Langkah ini merupakan dasar untuk perumusan diagnose keperawatan dan mengembangkan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien serta melakukan implementasi keperawatan.

a.       Asal Keturunan/Kewarganegaraan Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah (mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, 36 thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.

a.       Umur Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yanmbg gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4-6 tahun.

b.      Riwayat kesehatan anak Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.

c.       Pertumbuhan dan perkembangan Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

d.      Pola makan Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.

e.       Pola aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah

f.        Riwayat kesehatan keluarga Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.

g.      Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC) Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.

h.      Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:

1)      Keadaan umum = Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang normal.

2)      Kepala dan bentuk muka.Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.

3)      Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan

4)      Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman

5)      Dada, Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik

6)      Perut, Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati ( hepatosplemagali).

7)      Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

8)      Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau 39 kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.

9)      Kulit Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis). (Wijayaningsih, 2013)

2.     Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. berikut adalah diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan Thalasemia menurut (Nuraruf & Kusuma, 2015) dengan menggunakan standar diagnosis keperawatan indonesia dalam (T. P. S. D. PPNI, 2017)

1.      Pola Napas Tidak Efektif d.0005 (T. P. S. D. PPNI, 2017)

Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Gejala dan tanda Mayor

a)      Subjektif : dyspnea

b)       Objektif :

1)      Penggunaan otot bantu pernapasan 40

2)      Fase ekspirasi memanjang

3)      Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradypnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes)

Gejala dan tanda Minor

a)      Subjektif : Ortopnea

b)      Objektif :


1)      Pernapasan pursed-lip

2)      Pernapasan cuping hidung

3)      Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

4)      Ventilasi semenit menurun

5)      Kapasitas vital menurun

6)      Tekanan ekspirasi menurun

7)      Tekanan inspirasi menurun

8)      Ekskursi dada berubah


 

2.      Perfusi perifer tidak efektif S.0009

1)      Definisi Masalah Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolism tubuh

2)      Gejala dan Data Mayor

                                            i.            Subjektif : - / tidak tersedia

                                          ii.            Objektif :

1)      Pengisian kapiler > 3 detik

2)      Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3)      Akral teraba dingin

4)      Warna kulit pucat

5)      Turgor Kulit menurun 

3)      Gejala dan Data Minor

                                            i.            Subjektif :

1.      Parastesia

2.      Nyeri ekstermitas

                                          ii.            Objektif :

1.      Edema

2.      Penyembuhan luka lambat

3.      Indeks ankle- brachial

3.      Keletihan S0057

1)      Definisi : Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat

2)      Gejala dan Data Mayor

                                            i.            Subjektif :

1.      merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur

2.      Merasa kurang tenang

3.      mengeluh lelah

                                          ii.            Objektif : tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu

3)      Gejala dan Data Minor

Subjektif

1.      Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab

2.      Libido menurun

 

Objektif

1.      Kebutuhan oksigen kurang

4.      Gangguan Integritas Kulit/jaringan D.1029

1)      Definisi : Kerusakan kulit ( dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, korena, fasia, otot, tendon, tulang, Kartilago, Kapsul sendi dan/atau ligamen).

2)      Gejala dan tanda mayor

Subjektif : (tidak tersedia )

Objektif :

1.      Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

3)      Gejala dan tana minor

Subjektif : tidak tersedia

Objektif :


1.      Nyeri

2.      Perdarahan

3.      Kemerahan

4.      hematoma


5.      Gangguan citra tubuh (D.0083)

1)      Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik invidu

2)      Gejala dan tanda Mayor :

Subjektif :

Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

Objektif

1.      kehilangan bagian tubuh

2.      Fungsi/struktur tubuh berubah fungsi/hilang

3)      Gejala dan tanda Minor

Subjeltif

1.      Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilanganbagian tubuh

2.      Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubuahan tubuh

3.      Mengungakpakan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain

Obsjektif

1.      Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebih

2.      Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh

3.      Fokus berlebihan pada perubhan tubuh

4.      Respon berlebihan pada perubahan tubuh

6.      Resiko infeksi (0142)

1)      Definisi : berseiko mengalami peningkatan terserangnya organisme patologenik

2)      Faktor resiko

a)      Penyakit kronis (misal thalasemia, diabates melitus)

b)      Efek prosedur invasif

c)      Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :

                                            i.            Penurunan hemoglobin

                                          ii.            Imunosupresan

                                        iii.            Leukopenia

3.     Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun rencana keperawatan yang seuai dengan penyakit Thalasemia menurut (Ti. P. S. D. PPNI, 2018)

A.    Pola nafars tidak efektif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas klien membaik Kriteria Hasil :

a)      Frekuensi nafas membaik

b)      Fungsi paru dalam batas normal

c)      Tanda- tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

Manajeman jalan nafas

Observasi

a)      monitor frekuensi, kedalaman dan usaha napas  

b)      monitor pola napas ( seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kusmaul)

c)      monitor saturasi oksigen

terapeutik

a)      posisikan semi -fowler atau fowler

b)      berikan minum hangat

Edukasi

a)      edukasi tujuan pemantauan respirasi

Kolaborasi

a)      Kolaborasi pemberian Oksigen

B.     Keletihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas meningkat Kriteria Hasil :

a)      Keluhan lelah menurun 

b)      Perasaan lemah menurun

c)      Tenaga Meningkat

Intervensi :

Observasi

a)      Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan lelah

b)      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas,catat kelelahan dan kesulitan dalam beraktivitas

c)      Monitor kelelahan fisik dan emosional

d)      Catat respon terhadap tingkat aktivitas

Terapeutik

a)      Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

b)      Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan

c)      Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpidah atau berjalan

d)      Libatkan keluarga dalam aktvitas, jika perlu Edukasi

e)      Anjurkan Tirah baring

f)       Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

g)      Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas

Edukasi

a)      anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

kolaborasi

a)      kolaborasi dengan ahli gizi cara meningkatkan asupan latihan

C.     Perfusi perifer tidak efektif

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer meningkat

Kriteria hasil :

a)      Warna Kulit pucat menurun

b)      Pengisian kapiler membaik

c)      Akral membaik

d)      Turgor kulit membaik

Intervensi :

Perawatan sirkulasi

Observasi

a)      monitor sirkulas perifer ( mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, engkle brachial index )

b)      monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

a)      hindari pemasangan infus di area keterbatasan perfusi

b)      hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

Edkuasi

a)      informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan ( misal rasa sakit yang tidak hilang hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilang rasa)

kolaborasi

a)      kolaborasi pemberian cairan perenteral atau tranfusi PRC

D.    Resiko infeksi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat infeksi menurun Kriteria hasil :

a)      Kebersihan tangan meningkat

b)      Kebersihan badan meningkat

c)      Nafsu makan meningkat

Intervensi :

Observasi

a)      Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistmik

Terapeutik

a)      Perhatikan teknik aseptic terhadap pemasangan transfusi

b)      Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

c)      Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

a)      Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b)      Ajarkan cuci tangan dengan benar

c)      Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

E.     Gangguan citra tubuh

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat Gangguan Citra tubuh menurun

Kriteria hasil :

a)      Melihat bagian tubuh Cukup membaik

b)      Menyentuh bagian tubuh Cukup membaik

c)      Verbalisasi kecacatan bagian tubuh Cukup membaik

d)      Verbalisasi kehilangan bagian tubuh cukup membaik

Intervensi :

Monitoring

a)      Indentifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

b)      Monitor frekuensi prenyataan kritik terhadap diri sendiri

Terapeutik

a)      Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

b)      Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhdap harga diri

Edukasi

a)      Anjurkan mengungakpakan gambaran diri terhadap citra tubuh

4.     Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementiasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Ghofur, 2016)

DAFTAR PUSTAKA

 

Andriyani, S. (2021). Asuhan keperawatan pada anak (A. Karim (ed.)). Yayasan Kita Menulis.

Ghofur. (2016). Dokumentasi Keperawatan.

HASANAN, F. (2018). HUBUNGAN KADAR HOMOGLOBIN DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA ATLET ATLETIK FIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR. Jurnal Olahraga Dan Kesehatan, (16), 1–16.

Lestari, N. (2024). Asuhan Keperawatan Anak Sakit Kronis. Sono Pedia Publishinge Indonesia.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. salemba Medika.

Nuraruf, A., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis (Jilid 2). mediaction Jogja.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat persatuan perawat indonesia.

PPNI, Ti. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat persatuan perawat indonesia.

Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. CV. Trans Info Media.


kembali ke awal > link https://teknokesindo.blogspot.com/2024/09/laporan-pendahuluan-thalessemia.html

Posting Komentar

0 Komentar