TEKNOKES INDO

TEKNOKES INDO

APA ITU Oligohidramnion ?

 APA ITU Oligohidramnion ?



1.      Definisi

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari ½ liter. Marmi, dkk (2014). Oligohidramnion adalah keadaan tidak normal, volume cairan amnion berkurang menjadi kurang dari 500 cc dan menurun setelahnya atau lebih sedikit lagi pada kehamilan postterm (Leveno, 2016). Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (Darmiati, 2018).

1.      Anatomi fisiologi


a.       Selaput ketuban atau Amniokorion

Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion. Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung dengancairanamnion(LikuorAmnii).Amnionsendirimerupakanjaringanyangmenentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Sehingga, pembentukan komponen-komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji kekuatan peregangan, resistensi terhadap robekan dan ruptur, didapatkan bahwa lapisan desidua dan korion laeve sudah robek      terlebih dahulu daripada amnion. Selain itu, daya regang amnion hampir seluruhnya terletak pada lapisan kompak, yang terdiri dari kolagen interstitium tipe I,    III, V, dan VI (dalam jumlah lebih sedikit) yang saling berikatan. Fungsi dari selaput ketuban     adalah sebagai pembungkus ketuban dan menutupi pembukaan dorsal janin (Cunningham, et al., 2009). Sedangkan korion merupakan membran eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Korion akan berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus. Amnion dan korion mulai             berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-kira 28 minggu (Blackburn et al., 2004)

b.      Cairan ketuban

Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga amnion yang diliputi oleh selaput janin (Wiknjosastro, 2005). Rongga amnion sendiri mulai terbentuk pada hari ke 10-20 setelah pembuahan. (Siswosudarmo, 2008). Cairan ini akan       menumpuk di dalam rongga amnion yang jumlahnyameningkat seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, di mana terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal (Cunningham, et al., 2006). Volume air ketuban bertambah banyak dengan makin       tuanya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu       volumenya ± 50 ml, pada usia20 minggu antara 350-400 ml, dan pada saat usia kehamilan mencapai 36-38 minggu kira-kira 1000 ml. Selanjutnya volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, tidak jarang mencapai kurang dari 500 ml (Siswosudarmo, 2008). Air ketuban sendiri berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008, yang akan menurun seiring bertambahnya usia kehamilan. Air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi), sel-sel epitel, dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi). Protein ditemukan rata-rata 2,6% gram per liter, sebagian besar sebagai albumin (Wiknjosastro, 2005).

Fungsi cairan ketuban(Wiknjosastro, 2005). :

a)      Melindungi janin terhadap trauma dari luar

 

b)      Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

 

c)      Melindungi suhu tubuh janin

 

 

 

d)      Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka

e)      Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi .

1.      Etiologi

 

Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tahu apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung atau membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Bayi yang ibunya mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama angiotensin- converting enxyme inhibitor, dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah tetap normal dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka (Prawirohardjo, 2016).

 

 

2.      Manifestasi klinis

a.    Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan.

b.    Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.

c.    Sering berakhir dengan partus prematurus.

d.    Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

e.    Persalinan lebih lama dari biasanya.

f.     Sewaktu his akan sakit sekali.

g.    Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar (Mochtar, 2010).

 

3.      Patofisiologi Oligohidramnion

 

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun, tidak adanya urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin juga dapat menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan.Beberapa keaadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital. Pertumbuhan janin terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan posterm, infusiensi plasenta, dan obat-obatan. Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom (trisomi 18 dan 13).

Pada infusiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadi oligohidramnion (Prawirohardjo, 2016).

 

4.      Komplikasi oligohidramnion

Komplikasi oligohidramnion yang sering terjadi adalah :

1.      Hipoplasia paru

2.       deformaitas pada wajah dan skelet

3.       kompresi tali pusat dan aspirasi mekonium pada masa intrapartum

4.       IUGR (Intra Uterine Grow Reterdation), dan kematian janin

 

  1. Pemeriksaan penunjang

 

Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester 2 dan 3 adalah kelainan volume cairan amnion, kelainan konngenital, dan kelainan kromosom. Ultrasonografi kehamilan trimester 2 dan 3 dilakukan dengan cara transabdominal tanpa persiapan kandung kemih. Pada kondisi tertentu pemeriksaan dilakukan melalui kandung kemih yang setengah terisi atau dengan USG-TV. Beberapa kelainan kongenital janin yang sering dijumpai pada pemeriksaan USG adalah volume cairan yang abnormal (oligohidramnion). Pemeriksaan kardiotokografi pada kasus dengan faktor risiko terjadi gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim salah satunya oligohidramnion (Prawirohardjo, 2016).

 

  1. Penatalaksanaan

 

Penanganan pada ibu dengan oligohidramnion:

a.    Volume cairan amnion menggunakan sonografi merupakan pemeriksaan kompenen paling penting untuk menilai biofisik janin, perkembangan janin, dan keluaran neonatus yang baik.

b.    Hidrasi air pada ibu meningkat pada oligohidramnion dengan mengkonsumsi air dua liter per hari meperlihatkan peningkatan indeks cairan (Fatmawati, 2018).



Posting Komentar

0 Komentar