TEKNOKES INDO

TEKNOKES INDO

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN DARAH PRIMER

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN DARAH PRIMER


pengertian dari PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN DARAH PRIM Pencegahan IADP adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya IADP akibat penggunaan alat intravaskuler yang dilakukan oleh dokter atau perawat bedah terlatih yang telah mendapatkan pelatihan mengenai indikasi pemakaian alat/set itravaskuler, prosedur penanganan intrvena, pemeliharaan kateter intravena dan pencegahan aliran darah sehubungan dengan pemasangan kateter vena.

Pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah primer (IADP) sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait dengan penggunaan kateter vena sentral (CVL). Berikut adalah beberapa langkah utama dalam pencegahan dan pengendalian IADP :

1.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP oleh dokter atau perawat terlatih dengan melakukan 5 moment hand hygiene oleh semua orang di area perawatan pasien, yaitu :

a.       Sebelum kontak dengan pasien

b.      Sebelum tindakan medis

c.       Setelah terkena cairan pasien

d.      Sesudah kontak dengan pasien

e.       Sesudah kontak dengan lingkungan pasien

2.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam melakukan preparasi kulit sebelum melakukan insersi oleh dokter atau perawat terlatih meliputi :

a.       Preparasi kulit daerah insersi dengan antiseptic chlorhexidin 2 % atau 70 % isopropy alcohol

Bila dipakai povidon iodine untuk membersihkan kulit maka harus dilakukan preparasi dengan alcohol dahulu kemudian diikuti dengan povidon iodine

a.       Tidak dibenarkan menggunakan salep antibiotic pada daerah insersi

b.      Biarkan antiseptic mengering sebelum diinsersi lebih  kurang 2 menit

c.       Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit dibersihkan dengan antiseptic

1.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam penggunaan alat pelindung diri maksimal oleh dokter atau perawat terlatih

a.       Gunakan sarung tangan bersih pada pemasangan kateter vena perifer

b.      Pemasangan kateter vena sentral oleh operator dan assisten dengan memperhatikan dan menggunakan :

1)      Topi (non steril) untuk menutupi seluruh rambut

2)      Masker (non steril) untuk menutupi seluruh mulut dan hidung

3)      Gaun steril

4)      Sarung tangan steril

5)      Tutup seluruh kepala dan badan pasien dari atas sampai bawah dengan steril drape

2.      Pelaksanaan dan Pencegahan IADP dalam pemilihan daerah insersi kateter oleh dokter atau perawat terlatih

a.       Insersi kateter vena perifer

1)      Dianjurkan pada orang dewasa pilih ekstrimitas atas daripada estrimitas bawah.

2)      Bila sudah terlanjur sesegera mungkin pindahkan insersi kateter vena perifer ekstrimitas atas pada pasien anak, tangan, dorsum manus atau kulit kepala dapat digunakan sebagai pilihan lain daerah kaki, lengan atau fossa antecubiti

b.      Insersi kateter vena sentral

Insersi kateter pada vena subklavia, bukan vena jugularis atau vena fermolis (rekomendasi CDC).

1)      Pada vena jugularis atau vena femolaris dalam tindakan hemodialisis dan pheresis untuk menghindari terjadinya stenosis di vena subclavia (rekomendasi CDC)

2)      Tidak boleh mempersingkat prosedur tindakan insersi kateter vena yang telah ditentukan.

1.      Pelaksanaan pencegahan IADP dalam pemilihan insersi kateter oleh dokter atau perawat terlatih meliputi :

a.       Pilih alat dengan resiko komplikasi infeksi terendah disesuaikan dengan kondisi pasien.

b.      Dianjurkan penggunaan singlelumen dibandingkan multiple lumen, kecuali dibutuhkan untuk pemberian terapi.

c.       Dianjurkan gunakan kateter vena sentral melalui perifer untuk penggunaan jangka panjang.

2.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam penilaian daerah insersi dilakukan oleh seluruh dokter atau perawat yang terlatih meliputi :

a.       Lakukan penilaian daerah insersi setiap pergantian shift perawat, observasi tanda–tanda infeksi (tenderness, redness dan drainage pada derah insersi) dan pastikan balutan dressing bersih, kering dan utuh.

b.      Balutan yang besar dan tebal tidak dibenarkan karena akan menyulitkan pada saat mengamati daerah insersi setiap hari.

c.       Gunakan sarung tangan bersih sebelum melepaskan balutan dan amati daerah insersi. Bersihkan area tersebut dengan menggunakan teknik steril kemudian ganti balutan yang baru dan steril.

d.      Lakukan pemeriksaan daerah insersi kateter sentral oleh dokter setiap hari.

e.       Lakukan asessment pada tempat insersi dan lokasi kateter kebutuhan untuk tetap memasang kateter dan adanya tanda infeksi baik secara klinis maupun laboratorium.

a.       Pemeriksaan daerah insersi meliputi peningkatan leukosit atau jumlah leukosit yang sangat rendah tanpa sebab yang jelas, demam, kemerahan, bengkak, nyeri atau adanya pus yang keluar dari tempat insersi.

b.      Catat tanggal dan waktu pemasangan pada lokasi balutan serta pada catatan pasien

1.      Pencegahan dan pengendalian IADP dalam penggunaan pembalut insersi kateter, oleh setiap dokter atau perawat atau perawat yang terlatih sebelum memasang pembalut yakin bahwa chlohexidin yang digunakan sudah kering. Gunakan pembalut semi permeabel yang transparan untuk menutupu tempat insersi. Bila pembalut tersebut tidak ada maka dapat dipergunakan kassa pembalut.

a.       Lakukan penggantian pembalut dengan :

1)      Gunakan teknik steril

2)      Apabila tidak terdapat kontra indikasi dapat digunakan chlorhexidin swab pada saat pembersihan tempat insersi selama penggantian pembalut.

b.      Lakukan penggantian pembalut transparan setiap minggu setelah pemasangan insersi kateter central atau saat penggantian pembalut. Pembalut harus digantil lebih sering apabila tampak kotor, longgar atau saat melakukan pemeriksaan bila dianggap perlu.

c.       Pada anak mengganti balutan dapat dilakukan lebih sering kurang dari seminggu.

2.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam penggantian kateter vena oleh dokter atau perawat yang terlatih

a.       Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter vena di lokasi yang dapat dilihat dengan jelas.

b.      Alat / set kateter vena terdiri atas seluruh bagian mulai dari ujung selang yang masuk ke kontainer cairan infus hingga ke konektor.

a.       Ganti selang penghubung tersebut bila alat intravena diganati.

b.      Ganti slang kateter vena dengan interval tidak kurang dari 72 jam pada orang dewasa, kecuali ada indikasi klinis.

c.       Pada anak kateter vena tidak diganti sampai terapi intravena selesai kecuali terjadi komplikasi (Phlebitis, inflamasi).

d.      Frekuensi untuk mengubah lokasi kateter pada insersi kateter sentral ditetapkan oleh dokter.

e.       Pada kondisi kegawatan dimana tindakan aseptik tidak dapat dilakukan selama insersi kateter sentral harus diubah lokasinya secepat mungkin dalam waktu kurang dari 24 jam. Perkecualian tersebut harus dicatat penyebabnya.

f.        Kultur sensitivitas pada ujung kateter hanya dilakukan atas perintah dokter dan dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih.

g.      Penggantian kateter sentral dilakukan pada tempat yang berbeda bila terjadi infeksi akibat pemakaian kateter tersebut. Ganti selang dipakai untuk memasukkan darah, komponen darah atau emulsi lemak dalam 24 jam dari awal pemasangan infus.

1.      Pencegahan dan pengendalian IADP dalam penggunaan cairan parenteral oleh seluruh perawat atau dokter yang terlatih.

a.       Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan parenteral yang mengandung lemak

b.      Bila hanya emulsi lemak yang diberikan selesaikan infus dalam 12 jam setelah botol emulsi mulai digunakan

2.      Pencegahan dan pengendalian IADP dalam penggunaan cairan parenteral oleh seluruh perawat atau dokter yang terlatih

a.       Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan parenteral yang mengandung lemak

b.      Bila hanya emulsi lemak yang diberikan selesaikan infus dalam 12 jam setelah botol emulsi mulai digunakan

Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian IADP dalam pemberian injeksi melalui Port Injeksi oleh dokter atau yang terlatih

a.       Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70%

b.      Campurkan seluruh cairan parenteral di depo farmasi dalam laminar-flow hood dengan tehnik steril

1.      Pelaksanaan Pencegahan IADP dalam penggunaan vial multi dosis oleh dokter atau perawat yang terlatih

a.       Simpan vial multi dosis yang sudah dibuka dalam kulkas bila direkomendasikan dari pabrik berikan tanggal buka, nama pasien dan tanggal lahir pasien

b.      Tutup karet penutup dengan kertas parafilm, bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan alkohol sebelum menusukkan alat ke vital

c.       Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan dari vial multidosis dan hindari kontaminasi alat sebelum menembus karet vial

d.      Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai atau terlihat adanya kontaminasi atau bila telah mencapai tanggal kadaluarsa

2.      Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian IADP dalam pemberian antibiotik profilaksis oleh dokter dokter yang terlatih.

Janganmemberikan antimikroba sebagai prosedur rutin sebelum pemasangan atau selama pemakaian alat intra vena untuk mencegah kolonisasi atau infeksi bakteriemia.


sekian dan terima kasih.


Posting Komentar

0 Komentar