Laporan Pendahuluan Bronkitis
( sudah menggunakan SDKI)
I.
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bronkitis adalah radang bronkus,
saluran nafas besar dalam paru. Definisi bronkitis terkadang di perluas yang
mencakup perdangan saluran udara antara hidung dan paru, termasuk trakea (
tengorokan ) dan bronkus. Bronkitis bisa terjadi akut dengan masa yang singkat,
atau kronis yang berlangsung lama sering beruang secara alami. Bronkitis dapat
di curigasi pada pasien dengan infeksi saluran pernafasan akut dengan keluhan
batuk, namun banyak penyakit pada saluran pernafas bagian bawan yang
menyebabkan batuk, sehingga bronkitis harus di anggap sebagai diagnosis
eksklusi.
Bronkitis akut adalah kondisi klinis umum
yang ditandai dengan batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, yang berlangsung
sedikitnya selama lima hari, kondisi ini berasal dari inflamasi yang self – limited.inflamasi terbatas pada
saluran pernafasan bagian bawah yang melibatkan saluran udara besar ( bronkus)
tanpa didapatkan bukti penumonia dan terjadi tanpa adanya penyakit paru
obstruksi kronik.
Bronkitis kronik di defifinikan sebagai
batuk produktif kronis selama tiga bulan dalam satu tahun selama dua tahun
berturut – turut dan penyebab batuk kronis lainnya ( misalnya, bronkiektasis)
telah disingkirkan. Kondisi ini dapat mendahului atau mengikuti perkembangan
dari hambatan aliran udara. Penyakit ini merupakan subtipe dari penyakit paru
obstuksi kronis (PPOK). (Marhana et al.
2022)
Menurut (Kurniati,
Trisyani, and Theresia 2018) bronkitis adalah infeksi pernafasan yang
sembuh sendiri ditandai dengan batuk dengan atau tanpa produksi sputum. Hal ini
sering di akibatkan oleh virus seperti influenza
tipe A dan B atau respiratory synctial virus (RSV); kurang
dari 10 % kasus disebabkan oleh bakteri. Diagnosa bronkitis ditegakan setelah
mengesampingkan penyebab lain dari batuk seperti :
1.
Pneumonia
2.
Asma akut
3.
Batuk yang
diinduksi oleh angiotensin-converting enzyme inhibitor
4.
Gastroesophegal reflux disease
5.
Infeksi brodetella pertussi (batuk rejan)
B. Etiologi
Patogen penyebab bronkitis jarang diidentifikasi. Studi klinis
menyatakan bahwa identifikasi patogen penyebab dilakukan kurang dari 30% kasus.
Virus adalah patogen yang paling sering diidentifikasi, namun diisolasi hanya
dari sebagian kecil pasien. Virus menyumbang sekitar 60 % kasus saat patogen
diidentifikasi. Penyebab virus bronkitis akut yang paling umum meliputi influenza A dan B, parainfluenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus tipe 1-3, adenovirus, rhinovirus, dan human metapneumovirus. Respiratory syncytial
virus (RSV), parainfluenza, dan coronavirus merupakan isloasi yang
paling umum pada pasien dengan usia kurng dari satu tahun.parainfluenza, RSV, dan rhinovirus lebih mendominasi pada pasien usia satu
sampaisepuluh tahun, sedangkan pada pasien yang berusia lebih dari sepuluh
tahun, influnza virus, RSV, dan adenovirus paling sering di temukan.
Virus influenza medapat pertimbangan khusus di antara agen
viral tersebut karena morbiditasnya dan potensi terapi spesifik yang dimiliki. (Marhana et al.
2022)
C. Anatomi
dan fisiologi pernapasan
Anatomi pernapasan
a.
Sistem
pernafasan
Dengan
bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen-nya dan pada saat
yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon
dan hidrogen dari jaringan, memungkin-kan setiap sel sendiri-sendiri
melangsungkan proses metabolismanya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan Air (H20) dihilangkan.
Pernapasan ialah proses ganda. yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan atau "pernapasan dalam" dan yang terjadi di dalam paru-paru
bernama “pernafasan luar” Udara ditarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik napas dan
didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas. Udara masuk melalui
jalan pernapasan, Bagian pernapasan dari hidung merupakan bagian atas saluran
pernapasan.
b.
Sluran pernafasan
i.
Nares anterior
adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini
dilapisi dengan epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares
anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar.
Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
ii.
Rongga hidung
dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung
dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan
epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel
lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di
atas septum nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan
di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epitelium
pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat
memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung,
udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan karena Kontak dengan
permukaan lendir yang dilaluinya maka udara menjadi hangat,
dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lendir menjadi lembab.
Hidung menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara para-nasalis yang masuk
ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga lubang-lubang naso-lakri-mal yang
menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
iii.
Farinx (tekak) adalah
pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung
(naso-farinx), di belakang mulut (oro-farinx) dan di belakang larinx
(farinx-laringeal). Nares posterior
adalah muara rongga-rongga hidung ke naso-farinx.
iv.
Larinx (tenggorok)
terletak di depan bagian terendah farinx yang memi-sahkannya dari kolumna
vertebra, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakhea di bawahnya.
Larinx terdiri atas kepingan tulang rawan yang dikat bersama oleh ligamen
dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid. dan di
sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun,
yaitu di sebelah depan leher. Larinx terdiri atas dua lempeng atau lamina yang
bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekuk-an berupa V. Tulang
rawan krikoid terletak di bawah tiroid, bentuknya se-perti cincin mohor dengan
mohor cincinnya di sebelah belakang (Ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap.) Tulang rawan lainnya ialah kedua tulag krawan
aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid, dan kanan dan kiri tulang
rawan kuneiform dan tulang rawan kornikulata, yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang berupa
katup tulang rawan dan membantu menutup larinx sewaktu orang menetelium
bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawan-nya dan akhimya
tinggal dinding fibrusa berotot dan lapisan silia. Bron-khus terminalis masuk
ke dalam saluran yang agak lain yang disebut ves-' tibula, dan di sini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epi-telium bersilia diganti dengan
sel epitelium yang pipih. Dari vestibula ber-jalan beberapa infundibula dan di
dalam dindingnya njumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli
itu terairi atas satu lapis tunggal sel
epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersen-tuhan dengan udara
— suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari al-veoli dan pertukaran gas
pun terjadi.
v.
Pembuluh
darah dalam paru-paru. Arteri pulmonalis
membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung
ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkhial, bercabang
dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus: arteriola itu membelah-belah
dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau
gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan
sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lam-bat dan
dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis,
maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang meru-pakan fungsi
pernapasan. Kapiler paru-paru bersatu
dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua
vena pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke
atrium kiri jantung untuk di-distribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteria bronkhialis membawa darah
berisi oksigen langsung dari sorta torasika ke paru-paru guna memberi makan dan
mengantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir
arteri-arteri ini membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari
yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari
kapiler ini akhirnya bersatu kc dalam vena pulmonaris dan darah itu kemudian
dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itu diantarkan dari setiap
paru-paru oleh vena bronkhialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior.
Maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
VI.
Hilus
(tampuk) Paru-paru dibentuk oleh
struktur berikut:
1) Arteri pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam
paru-paru untuk diisi oksigen,
2) Vena pulmonalis, yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru-paru ke
jantung,
3) Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon brokhial, merupakan
jalan udara utama,
4) Arteri bronkhialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah arteri ke
jaringan paru-paru,
5) Vena bronkhialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava
superior, dan
6) Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru, sangat banyak.
Persarafan. Paru-paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf
simpati,
7) Kelenjar limfe. Semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru - paru dapat menyalurkan ke
dalam kelenjar yang ada di tampuk paru-paru.
VII.
Pleura. Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua, yaitu pleura.
Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan
demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat
kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura
kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di
leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak
arteri subklavia. Di antara kedua
lapisan pleura itu terdapat sedikit exsudat untuk memi-nyaki permukaannya dan
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak. Dalam keadaan sehat ke-dua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata;
tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura
itu dan ruang di ataranya menjadi jelas. (Pearce 2020)
Fisologi
pernapasan
1.
Fungsi paru-paru
ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada
Pernapasan melalui Paru-paru atau Pernapasan Externa, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakhea dan pipa
bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam
arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen
100 mm Hg dan pada tinkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di
dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisma,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
externa:
a.
Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar
b.
Arus
darah melalui paru-paru
c.
Distribusi arus udara dan arus darah
sedemikian shingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian
tubuh
d.
Difusi
gas yang menembusi membran pemish alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian
sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan 02. Pada waktu
gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit 02: jumlah CO2 itu tidak
dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya
perna-pasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO,
dan memungut lebih banyak 02.
2.
Daya Must Udara oleh Paru-paru.
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4½
sampai 5 liter udara. Hanya seba-gian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya
atau 500 ml adalah udara pasang-surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan
dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang Kapasitas vital. Volume
udara yàng dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan
pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya
dengan alat spirometer. Pada seorang laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
perempuan, 3-4 liter. Kapa-sitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, pada
penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot
pernapasan.
Kapasitas
vital. Volume udara yàng dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada
penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, dise-but kapasitas vital
paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki, normal 4-5
liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapa-sitas itu berkurang pada
penyakit paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru)
dan pada kelemahan otot pernapasan. (Pearce 2020).
D. Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala bronkitis meliputi :
1.
Batuk
selalu menjadi gejala yang dominan dan dapat berlangsung lebih dari 3 minggu
2.
Sputum
bisa ada atau tidak ada
3.
Wheezing
4.
Nyeri dada
atau pleuritic chest pain
5.
Gejala
seperti flu
(Kurniati et al.
2018).
E.
Manifestasi Klinik
Sama dengan bronkitis akut, tanda utama bronkitis kronis adalah batuk.
Batuknya bias ringan atau berat dengan dahak yang purulent. Pasien dengan bronchitis kronis biasanya akan
terbatuk-batuk pada pagi hari untuk mengeluarkan dahak dalam jumlah banyak.
Dahaknya umumnya berwarna putih atau kuning dan liat Tanda awal eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah
meningkatnya frekuensi dan keparahan batuk. Gejala lainnya: produksi dahak
meningkat, dahak purulent, batuk darah (hemoptysis), dada sesak, sesak nafas, dan
Tidak enak badan, kehilangan selera makan, menggigil, dan demam juga dapat
terjadi. Demam dan menggigil juga dapat mengarah pada kejadian pneumonia dari pada bronchitis kronis, dalam hal ini perlu
pemeriksan lebih jauh (X-ray dada, kultur spuntum). (Pangandaheng and Suryani 2023)
mulai degan
batuk-batuk pagi hari dan makin lama batuk makin berat timbul siang hari maupun
malam hari, penderita terganggu tidurnya.
F. Penatalaksanaan
Menurut (Pangandaheng
and Suryani 2023) penatalaksanaan bronkitis antara
lain
a. Anti
inflamasi ( kortikosteroid, natrium kromolin )
b. Bronkhodilator
( Adrenergik : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif.
Nonadrenergik : aminofilin, teofilin )
c. Antihistamin
d. Steroid
e. Antibiotik
( ceftazidime, ceftriakson, cefotaksime, amoxicilinklavulanat)
f.
Ekspetoran
g. Oksigen
digunakan 3 L / menit dengan nasal kanul
h. Kombinas
B 2 agonis ( short-acting) dengan antikolonegik
G. Patofisiologi
Menurut (Utama 2018) Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun noninfeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi akan
menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan fase dilatasi,
kongesti, edema mukosa dan bronkospasme. Radang/inflamasi pada bronkus
menyebabkan munculnya sekret lalu terjadilah penumpukkan yang mengakibatkan
bersihan jalan nafas menjadi tidak efektif. Bronkitis lebih mempengaruhi jalan
nafas kecil dan 19 besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkitis aliran
udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan pasien dengan bronkitis akan
mengalami:
A.
Peningkatan ukuran dan jumlah
kelenjar mukus pada bronkus besar sehingga meningkatkan produksi mucus
B.
Mukus lebih kental
C.
Kerusakan fungsi siliari yang
dapat menurunkan mekanisme pembersihan mukus
Paru-paru pada keadaan normal memiliki kemampuan yang disebut
micocilliary defence yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus
dan siliari. Pasien dengan bronkitis akut, sistem micollary defence paru-paru
mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi.
Jika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat, menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus 13 dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkitis mula-mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun mempengaruhi seluruh saluran pernafasan.
H.
Pathway
H.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Utama 2018) pemeriksaan diagnostik antara lain :
1.
Foto
Thorak : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia tubular shadow atau
traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju
apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru
bertambah.
2.
Laboratorium
: Leukosit >17500.
3.
Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan adalah tes fungsi paru dan gas darah arteri.
4.
Analisa
gas darah
a.
Pa O2 :
rendah (normal ± 80-100 mmHg)
b.
Pa CO2 :
tinggi (normal 35 ± 45 mmHg).
5.
Saturasi
hemoglobin
J. Konsep
Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Menurut (Utama 2018) Pengkajian keperawatan merupakan awal dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data spesifik dari pasien untuk mengidentifikasi setiap
masalah kesehatan yang muncul. Fase pengkajian merupakan tahapan penting dalam
keseluruhan proses keperawatan. Jika ada data yang salah, sehingga proses
keperawatan tidak tercapai dengan optimal.
a.
Identitas
pasien dan identitas penangung jawab
Identitas pasien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal. Identitas
penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal,
dan hubungan dengan pasien.
b.
Keluhan
utama bronkitis
Keluhan utama yang
sering pada pasien Bronkitis yaitu: sesak napas, batuk tak kunjung sembuh,
ditemukan suara napas ronkhi dan whezzing.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat kesehatan
saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh pasien mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai pasien dibawa ke rumah sakit. Pasien
dengan bronkitis biasa dating dengan keluhan sesak nafas, susah untuk bernafas,
batuk. Suara nafas wheezing dan/atau ronkhi diikuti adanya peningkatan usaha
dan frekuensi pernafasan, tidak nafsu makan, berat badan menurun serta
kelemahan.
d.
Riwayat
penyaki dulu
Penyakit yang
pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran pernafasan
atas, bronkitis kronik, asma bronchial, emfisema, batuk kronis, dan alergi.
e.
Riwayat
kesehatan keluarga
Perlu dikaji
apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-paru lainnya.
f.
Riwayat
Kehamilan
Semua data tentang
kesehatan ibu selama kehamilan, proses persalinan, kelahiran dan kondisi bayi
segera setelah lahir.
g.
Riwayat
Imunisasi
Informasi tentang imunisasi yang
diterima pasien, umur pasien mendapat imunisasi.
h.
Riwayat
Alergi
Informasi tentang
alergi pasien, seperti alergi obat-obatan, makanan, atau alergi lainnya.
i.
Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan
Meliputi berat
badan pasien, perkembangan dengan usia, pertumbuhan sesuai dengan usia,
interaksi dengan orang lain.
j.
Pola
pengkajian fungsional gordon
Pengkajian riwayat kesehatan pola
fungsional Gordon pada anak:
1)
Pola
persepsi sehat
Biasanya keluarga
menganggap masalah yang dialami merupakan penyakit biasa, keluarga pasien akan
menganggap pasien mengalami permasalahan pada saluran pernafasan bila sudah
mengalami sesak pada pernafasan pasien.
2)
Pola
metabolik nutrisi
Biasanya pasien
akan anoreksia, karena terdapat banyak akumulasi secret yang menyebabkan rasa
tidak nyaman untuk makan.
3)
Pola
eleminasi
Biasanya pasien
mengalami penurunan produksi urine karena perpindahan cairan melalui proses
evaporasi akibat adanya demam.
4)
Pola
istirahat tidur
Kebiasaan tidur
pasien terganggu karena kesulitan akibat terganggu sesak.
5)
Pola
aktivitas latihan
Pasien akan
mengalami penurunan aktifitas karena masalah yang dialami, terutama rasa
gelisah akibat tidak nyaman dengan masalahnya
6)
Pola Kognitif – Persepsi
Penurunan kognitif
untuk mengingat apa yang disampaikan biasanya terjadi sesaat akibat penurunan
asupan nutrisi serta suplai oksigen ke otak.
7)
Pola
persepsi diri – konsep diri
Biasanya pasien
akan gelisah, terutama bagi anak akan lebih sering rewel, dan merasa takut pada
orang lain.
8)
Pola peran
hubungan
Biasanya pasien
akan malas diajak berbicara dengan orang lain dan lebih senang dekat dan
berbicara dengan keluarga saja.
9)
Pola
seksualitas – reproduksi
Biasanya tidak terdapat masalah pada
reproduksi pada anak.
10) Pola toleransi stress – koping
Biasanya pasien
akan sering mengeluh terutama pada anakanak akan sering menangis karena merasa
terganggu akan status kesehatannya.
11) Pola nilai keyakinan
Menggambarkan
keyakinan yang dianut pasien dan tanggapan keluarga serta pasien mengenai
penyakit yang dialaminya dalam aspek spiritual.
k.
Pemeriksaan
fisik
1)
Keadaan
umum : lemah/sadara/tergaja
2)
Tingkat
kesadaran : composmentis, apatis, delirium, somnolen, sopor atau coma
3)
Tanda –
tanda vital
Suhu meningkat berkisar
39oC pada fase infeksi yaitu 1 – 4 hari. Pemeriksaan nadi dapat
didapatkan penurunan frekuensi nadi ( bradikardi relatif ). Tekanan darah
sistolik 97 – 120 kali dan tekanan darah diastolik 57 – 80 kali per menit
frekuensi pernafasan lebih dari 25 kali per menit
4)
Penurunan
berat badan atau tidak pada anak
5)
Kepala
Pemeriksaan ubun
– ubun apabila cekung mungkin terjadi dehidrasi dan malnutrisi. Rambut rontok
den kemerahan mungkin terjadi malnutrisi
6)
Mata
7)
Kaji
bentuk kesimetrisan mata, pemeriksaan konjungtiva dan sklera, reflek pupil
terhadap cahaya, pengeluaran air mata, struktur kelopak mata
8)
Hidung
Inspeksi :
biasanya terhadap pernapasan cuping hidung, terdapat secret berlebihan dan
terpasang 02
Palpasi : ada
atau tidaknya nyeri tekan dan benjolan
9)
Telinga
Terdapat serumen
/ bersih pada pasien bronkitis
10) Leher
Terdapat
pembesaran kelenjar thiroid/tidak
11) Jantung
Inspeksi ukuran
dengan posisi semifowler, amati dinding dada pada satu sudut. Palpasi kulit
untuk mengetahui waktu pengisian kapiler, dengan menekan kulit pada bagian
tengah, nilai waktu untuk mendapatkan kembali warna aslinya. Asukultasi bunyi,
evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama jantung.
12) Paru – paru
a)
Inspeksi :
frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas ( dispne, takipnea, napas
dangkal, retraksi dinding dada, paktus karinatum ( dada burung ), barrel chest,
prektus erkskavatum ( dada corong )
b)
Palpasi :
terdapat nyeritekan, massa, vocal permitus
c)
Perkusi :
pekak karena penumpukan cairan, normalnya timpani ( berisi udara )
d)
Auskultasi
: suara tambahan ronkhi pada spertiga akhir inspirasi.
13) Abdomen
Pemeriksaan
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan askultasi
14) Genetalia
15) Integumen
Kulit tampat
sianosis, terba panas dan turgor kulit menurun
16) ekstremitas
k. Pemeriksaan
penunjang
1)
Pemeriksaan
darah
2)
Pemeriksaan
radiologi
2. Diagnosa Keperawatan
A. Berishan jalan nafas tidak efektif
Definisi
Ketidak mampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas mempertahankan jalan napas tetap paten. (PPNI 2017)
Batasan
karakteristik
Gejala
dan tanda mayor
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
Gejala dan tanda minor
a. Gelisah sianosis bunyi napas menurun frekuensi
napas berubah
b. Pola napas berubah
Penyebab
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Benda asing dalam jalan napas
e. Adanya jalan napas buatan
f.
Sekeresi
yang tertahan
g. Hiperplasia dinding jalan napas
h. Proses infeksi
i.
Respon
alergi
j.
Efek
agen farmakologis
B. Ganggguan pertukaran gas
Kelebihan
atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada membran
alveolus – kapiler (PPNI 2017)
Batasan
karakteristik
Gejala
dan tanda mayor
a. PCO2 meningkat/ menurun
b. PO2 menurun
c. Takikardi
d. pH arteri meningkat/menurun
e. bunyi napas tambahan
gejala dan tanda minor
a. sianosis
b. diaforesis
c. gelisa
d. napas cuping hidung
e. pola napas abnormal (cpat/lambat,
regular/ireguler dalam/dangkal)
f.
warna
kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
g. kesadaran menururn
penyebab
a. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. perubahan membran alveolus-kapiler
C. Intoleransi aktivitas
Defisini
Ketidakcuukupan
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (PPNI 2017)
Batasan
karakteristik
Gejala
dan tanda mayor
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat
b. Mengeluh lelah
Gejala dan tanda minor
a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
b. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah
aktivitas
c. Gambaran EKG menunjukan iskemia
d. Sianosis
e. Dispnea saat/setelah aktivitas
f.
Merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
g. Merasa lemah
Penyebab
a. Ketidaksiembangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
D. Gangguan pola tidur
Definis
Gangguan
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor ekstrenal (PPNI 2017)
Batasan
karakteristik
Tanda
dan gejala mayor
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup
f.
Mengeluh
kemampuan beraktivitas menurun
Penyebab
a. Hambatan lingkungan (mis kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restrain fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f.
Tidak
familiar dengan peralatan tidur
E. Defisit nutrisi
Definsi
Asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (PPNI 2017)
Batasan
karakteristik
Tanda
dan gejala mayorberat badan menurun minimal 10% di bawah rentan ideal
Tanda
dan gejala minor
a. Bisisng usus hiperaktif
b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f.
Serum
albumin turun
g. Rambut rontok
h. Diare
i.
Cepat
kenyang setelah makan
j.
Nafsu
makan menurun
a.
Rencana keperawatan
|
No |
Diagnosa keperawatan |
Tujuan dan kriteria hasil |
Intervensi |
|
1 |
Bersihan
jalan napas tidak efektif |
Setelah
dilakukan intervensi kkeperawatan selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan
nafas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Produksi sputum cukup menurun (4) 2. Wheezing cukup menurun (4) 3.
Batuk
efektif cukup meningkat (4) 4.
Pola
napas cukup membaik (4) 5.
Mengi
cukup neurun (4) 6.
Dispnea
cukup mnurun (4) 7.
Ortopnea
cukup menurun (4) 8.
Sianosis
cukup menurun (4) 9.
Gelisah
cukup mneurun (4) (PPNI 2022) |
Menejemen
jalan nafas Observasi a.
Monitor
pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas) b.
Monitor
bunyi napas tambahan ( misal grugling, mengi whezzing, ronkhi kering) c.
Monitor
sputum (jumlah, warna aroma) Terapeutik a.
Pertahankan
kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal ) b.
Posisikan
semi-fowler atau fowler c.
Berikan
minuman hangat d.
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu e.
Lakukan
penghisapan lendir kurang dari 15 detik f.
Lakukan
hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal g.
Keluarkan
sumbahan benda padat dengan frosep Mcgill h.
Berikan
oksigen jika perlu Edukasi a.
Anjurkan
asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi b.
Ajarkan
teknik batuk efektif Kolaborasi a.
Kolaborasi
pemberikan bronkodilator, ekspektoran, mukolitik (PPNI 2018) |
|
2 |
Ganggguan
pertukaran gas |
Setelah
dilakukan intervensi kkeperawatan selama 3 x 24 jam, maka gangguan pertukaran
gas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Dispnea cukup menurun (4) 2. Bunyi napas tambahan cukup menurun (4) 3. Takikardi cukup menurun (4) 4. Pusing cukup menurun (4) 5. Penglihatan kabur cukup menurun (4) 6. Diaforesis cukup menurun (4) 7. Gelisah cukup menurun (4) 8. Napas cuping hidung cukup menurun (4) 9. PCO2 Cukup membaik (4) 10. PO2 cukup membaik (4) 11. pH Arteri cukup membaik (4) 12. sianosis cukup membaik (4) (PPNI 2022) |
Pemantauan
Respirasi Observasi a.
monitor
frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas b.
monitor
pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik) c.
monitor
kemampuan batuk efektif d.
monitor
adanya produk sputum e.
monitor
adanya sumbatan jalan napas f.
palpasi
kesimetrisan ekspansi paru g.
asukultasi
bunyi napas h.
monitor
nilai AGD i.
monitor
saturasi oksigen Terapeutik a.
atur
interval pemantauan respirasi sesaui kondisi pasien b.
dokumentasi
hasil pemantauan Edukasi a.
jelaskan
tujuan dan prosedur pemantauan b.
informasikan
hasil pemantauan (PPNI 2018) |
|
3 |
Intoleransi aktivitas |
Setelah
dilakukan intervensi kkeperawatan selama 3 x 24 jam, maka Intoleransi
aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. kemudahan melakukan aktivitas seahri hari
cukup meningkat (4) 2. kecepatan berjalan cukup meningkat (4) 3. keluhan lelah cukup menurun (4) 4. dispnea saat aktvitas cukup menurun (4) 5. dispnea setelah aktivitas cukup menurun (4) 6. saturasi oksigen cukup membaik (4) 7. Frekuensi napas cukup membaik (4) 8. Frekuensi nadi cukup membaik (4) (PPNI 2022) |
Terapi
oksigen Observasi a.
Monitor
kecepatan aliran oksigen b.
Monitor
posisi alat terapi oksigen c.
Monitor
adanya hipoventilasi d.
Monitor
tingkat kecemasan akibat pemasangan oksigen Terapeutik a.
Bersihkan
sekret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu b.
Pertahankan
kepatenan jalan napas c.
Siapkan
dan atur peralatan pemberian oksigen d.
Berikan
oksigen tambahan jika perlu Edukasi a.
Ajarkan
pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah Kolaborasi a.
Kolaborasikan
penentuan dosis oksigen b.
Kolaborasikan
penggunaan oksigensaat aktivitas dan atau tidur (PPNI 2018) |
|
4 |
Gangguan
pola tidur |
Setelah
dilakukan intervensi kkeperawatan selama 3 x 24 jam, maka Gangguan pola tidur
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Keluhan sulit tidur cukup menurun (4) 2. Keluhan sering terjaga cukup menurun (4) 3. Keluhan tidak puas tidur (4) 4. Keluhan pola tidur berubah (4) 5. Keluhan istirahat tidak cukup cukup menurun
(4) (PPNI 2022) |
Pengaturan
posisi observasi a. Monitor status oksigen sebelum dan sesudah
mengubah posisi b. Monitor alat traksi agar selalu tepat Terapeutik a. Atur posisi untuk mengurangi sesak (misal :
semi-fowler) b. Tempatkan bel panggilan dalam jangkauan c. Tempatkan posisi terapeutik d. Tinggikan anggota gerak 20o atau
lebih di atas level jantung e. Ubah psosisi setiap 2 jam Edukasi a. Ajaran mengubah posisi derajad tempat tidur b. Informasikan saat akan dilakukan perubahan
posisi Kolaborasi a. pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi (PPNI 2018) |
|
5 |
Defisit
Nutrisi |
Setelah
dilakukan intervensi kkeperawatan selama 3 x 24 jam, maka Difisit nutrisi
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Frekuensi makan cukup membaik (4) 2. Nafsu makan cukup membaik (4) 3. Bising usus cukup membaik (4) 4. Sariawan cukup menurun (4) (PPNI 2022) |
Menejemen
nutrisi Observasi a.
Identifikasi
satatus nutrisi b.
Identifikasi
alergi dan intolerasnsi makanan c.
Monitor
asupan makanan d.
Monitor
berat badan e.
Monitor
hasil laboratorium Terapeutik a.
Fasilitasi
menentukan pedoman diet (misal peramida makanan ) b.
Berikan
makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi c.
Berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein d.
Berikan
suplemen makanan jika perlu Edukasi a.
Anjurkan
posisi duduk, jika mampu b.
Ajarkan
diet yang diprogramkan Kolaborasi a.
Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan b.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di
butuhkan (PPNI 2018) |
Daftar Pusataka
Kurniati, Amelia,
Yanny Trisyani, and Siwi Theresia. 2018. Keperawatan Gawat Darurat Dan
Bencana Sheehy. 7th ed. jakarta: Elsevier.
Marhana, Isnin,
Muhammad Amin, Ariani Permatasari, and Alfian Rosyid. 2022. Buku Ajar Paru
2022. Jawa Timur: Airlangga University Press.
Pangandaheng, Ns
tommy, and Lilis Suryani. 2023. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ( Sistem
Respirasi Dan Kardiovaskuler ). jambi: Pt. Sonopedia Publishing Indonesia.
Pearce, Evelyn.
2020. Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta Pusat: Gramedia
Pustaka Utama.
PPNI, TIM Pokja
SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat persatuan perawat indonesia.
PPNI, TIm Pokja
SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed.
jakarta: Dewan Pengurus Pusat persatuan perawat indonesia.
PPNI, Tim Pokja
SLKI DPP. 2022. Satandaran Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat persatuan perawat indonesia.
Utama, Saktya.
2018. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Repirasi. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
.png)
0 Komentar